RUNTUHNYA
NASIONALISME OLAH RAGA KITA
OLEH:HERY
SARWANTO,S.Pd,M.Si
Kondisi
dunia yang semakin pelik dengan berbagai permasalahan yang mendera di dalamnya
ternyata sangat berpengaruh terhadap cara pandang manusianya dalam menentukan
langkah untuk pemenuhan kebutuhan dirinya. Perbedaan-perbedaan cara pandang
untuk menggapai keberhasilan hidup berdampak luas terhadap langkah-langkah yang
harus di tempuh dalam prosesnya. Logika dan teori yang di kembangkan memiliki
tingkat kekuatan dengan dasar langkah sendiri-sendiri yang berasumsi dasarnya
hanya untuk keberhasilan diri sendiri dan kelompok mereka. Mencari konsep dan
dasar yang kuat untuk pondasi langkah guna mempertahankan kebenaran diri
menjadi strategi jitu untuk benteng penguatan kelompok-kelompok kecil yang
ingin mendapatkan kemenangan yang semu menodai kebersamaan nasional.
Nasionalisme
adalah sebuah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara (dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Dalam proses kehidupan berbangsa Indonesia
kita mengenal tonggak-tonggak nasionalisme dengan adanya peristiwa-peristiwa
antara lain: Kebangkitan nasional, Sumpah pemuda, Proklamasi serta
lambang-lambang: Pancasila dan UUD 1945,bendera Merah- Putih, Bhinneka Tunggal
Ika dan Burung Garuda. Sebagai “spirit of
power” berbangsa yang sedang melakukan perjuangan untuk mencapai kebebasan
dan kejayaan di masa yang akan datang, peristiwa dan lambang yang sudah di
jadikan kekuatan nasionalisme bersama seakan hanya sebuah kesepakatan yang semu
semata tanpa memiliki daya rekat sehingga kekuatannya sudah semakin tipis. Roh
utama dari nasionalisme adalah adanya persatuan dan kesamaan pandang untuk
membela nama baik bangsanya.
Banyaknya
keinginan dan egoisme diri atas nama rakyat menjadi hal yang banyak terjadi di
lakukan para pemimpin berbagai elemen masyarakat.Para pejabat dan pemimpin
daerah yang lebih memikirkan daerahnya di bandingkan kepentingan kebersamaan
berbangsa dan bernegara merupakan sebuah bukti nyata lemahnya nasionalisme
berbangsa. Raja-raja kecil yang mengeruk keuntungan pribadi dengan topeng
otonomi daerah tentu menjadi pengikis dari nasionalisme yang semakin menipis
dari dalam sanubari warga negara ini. Pemimpin organisasi selalu sibuk mencari
peluang untuk membesarkan organisasi yang mereka pimpin dengan mencari berbagai
cara tanpa menggunakan logika dan nalar nasionalisme lagi.
Pada
dimensi yang lain di dunia olah raga kita, penulis melihat banyak cabang olah
raga yang mulai terkikis rasa nasionalisme di dada. Sepak bola yang merupakan
cabang olah raga yang menjadi idola masyarakat seakan hanya menjadi bahan
eksplorasi kepentingan sebagian manusia yang sok peduli dengan olah raga ini.
Melalui olah raga seharusnya mampu membangkitkan persatuan untuk menggalang
kekuatan sehingga berperan dalam prestasi untuk mengangkat nama baik bangsa dan negara
pada dunia internasional justru di jadikan ajang perebutan lahan untuk mengeruk
kepentingan pribadi dan kelompok. Berbicara atas nama kelompok yang selalu
bersikukuh tanpa ada kemauan untuk mencari jalan keluar agar mampu menghasilkan
karya terbaik untuk bangsa ini, dengan tanpa malu kepada Sang Khalik yang tahu
segalanya.
Filosofi
sepak bola yang sangat membutuhkan kolektifitas tinggi dengan saling mengisi
antar lini dan blok tim benar-benar hilang dari pemikiran para pengurus sepak
bola ini. Kompetisi yang di gulirkan menjadi tanpa arah yang pasti, karena
tidak ada ending yang di harapkan oleh masyarakat yaitu: terbentuknya tim
nasional yang kuat untuk mewakili negara ini di ajang antar negara.Kompetisi
hanya menjadi ajang untuk mengeruk keuntungan dari para pengelola tanpa ada
tujuan untuk membentuk kekuatan timnas Indonesia.Kabar kekalahan dan
terpuruknya nama bangsa dan negara di dunia luar seakan hanya menjadi berita
yang biasa terjadi.” Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara” yang tertulis di dalam Undang-undang dasar 1945 menjadi
bias dan tidak lagi di perhitungkan oleh para pelaku olah raga favorit
masyarakat ini.
Kita
layak belajar dari pemain-pemain yang ada di luar negeri yang selalu memiliki
kebanggaan tinggi terhadap panggilan tim nasional negeri mereka walaupun mereka
sudah mendapat service yang memuaskan dari klub tempat mereka bermain. Kita
lihat piala dunia
yang baru sata di helat di penuhi dengan pelakon-pelakon sepak bola yang
seharusnya melakukan kiprah di klub mereka masing-masing. Di depan kita
menunggu lawan-lawan yang tangguh dalam putaran pra piala Asia, dengan kekuatan
kita yang menyatu saja berat, apalagi dengan keadaan amburadul seperti
ini.Tim-tim kuat yang siap menerkam kita sudah mempersiapkan diri dengan baik,
mengapa kita justru menikmati untuk di lumat mereka...???
Dari
paparan di atas, penulis hanya mampu mengajak para pembaca untuk tidak pernah
patah arang mengharap terjadinya proses bangkitnya Nasionalisme olah raga
Indonesia . Upaya penyatuan ide dan pandangan untuk menggali potensi anak
bangsa baik yang ada di dalam negeri dan yang di luar melalui proses
naturalisasi guna mengangkat nama baik bangsa ini di percaturan Internasional.
Hilangkan perbedaan, kepentingan diri dan kelompok yang merupakan kebanggan
semu kita, mari kita menghadapi tekanan dari luar dengan menggumpalkan kekuatan
kita sebagaimana para pejuang bangsa yang sudah mengorbankan harta,jiwa dan
raga mereka. Marilah kita sadari dan ingat masa lalu saat kita memperjuangkan
keberhasilan bangsa ini dengan bermodalkan persatuan dan kesatuan sehingga
mampu meraih kemerdekaan.
Penulis
-Pengurus
KONI kabupaten Demak
-Guru
SMP N 3 Mranggen,Demak
-Pemerhati
masalah olah raga dan sosial